Kamis, 24 November 2011

Cinta Terlarang





Terjebak Dunia Seks Setelah Dilecehkan Pembantu

Chatting porno dipilihnya untuk memenuhi hasrat seksnya daripada berhubungan intim dengan istri tercintanya.
“Kelas 4 SD saya pernah dilecehkan oleh pembantu. Tangan saya dipegang olehnya dan disuruh dimasukkan ke dalam bajunya. Saya merasakan kenikmatan pada saat itu. Hal itu dilakukan berulang-ulang dan bukannya saya takut, terkadang malah saya yang minta. Sampai akhirnya saya melakukan seks pertama kali dengan wanita penghibur. Di hari saya melakukan itu, malamnya saya tidak bisa tidur. Dan keesokan harinya saya pergi lagi untuk melakukan hal itu. Saya benar-benar terikat dengan seks,” ujar Surya mengawali kesaksiannya.
Surya yang pada awalnya merasa bersalah atas tindakannya itu menjadi kebal dan tidak lagi merasa bersalah. Dia merasa semua hal yang dilakukannya adalah suatu hal yang wajar dilakukan laki-laki. Surita Jap, istri Surya, sempat merasa jijik setiap kali berhubungan dengan suaminya karena tahu suaminya melakukan hal yang sama dengan wanita lain. Ia takut terkena penyakit tapi ia tidak memiliki pilihan lain selain tetap melayani suaminya. Setiap kali Surita menolak, Surya akan marah besar.
Sikap egois Surya semakin membuat rumah tangganya seperti neraka. Setiap hari pertengkaran demi pertengkaran seakan tidak pernah terlewatkan. Kata-kata cerai seringkali terlontar dari mulut Surya dan hal itu sangat melukai hati Surita. Betapa Surita merasa Surya sungguh tidak menghargai dirinya dengan melontarkan kata cerai segampang itu dari mulutnya. Namun Surita selalu memikirkan nasib anaknya. Surita bertekad akan tetap mempertahankan pernikahannya apapun yang terjadi.
“Saya yakin Tuhan tidak mungkin tidak menolong keuarga saya jika saya memiliki pengharapan kepada-Nya,” ungkap Surita.
Namun apa yang dirasakan Surita berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Surya.
“Ketika saya melihat dia menangis, ketika saya kesal kepadanya, ada satu kepuasan tersendiri di dalam hati saya karena telah menyakiti dia,” ungkap Surya.
Suatu hari mereka mencoba peruntungan untuk hidup di negara lain dan berharap bahwa rumah tangga mereka akan semakin membaik. Namun semua itu hanyalah impian belaka.
“Hubungan saya dengan istri semakin memburuk karena waktu kami berhubungan intim, saya merasakan ia bersikap dingin kepada saya. Pada akhirnya saya merasa bahwa istri saya hanya melakukan ini sebatas kewajiban tanpa adanya keinginan dari dirinya sendiri,” ungkap Surya.
“Kata-kata cacian dan makian yang dilontarkan suami saya selalu terngiang-ngiang di pikiran saya. Sehingga saat kami berhubungan intim, saya benar-benar tidak dapat merasakan apa-apa sebagaimana seorang istri melayani seorang suami,” ungkat Surita.
Tak puas dilayani istrinya, Surya mencari alternatif lain untuk memuaskan hasrat seksnya. Ia mulai melakukan chatting porno. Surita tidak mengerti dengan aktivitas yang dilakukan Surya. Yang ia tahu bahwa suaminya berkenalan dengan wanita lain, Hal ini sunnguh membuat Surita merasa tertekan namun ia selalu berusaha tegar di depan Surya.
Sekalipun sering diperlakukan tidak baik, sebagai seorang istri Surita tetap menyayangi Surya. Beberapa tahun kemudian mereka kembali ke Indonesia. Saat itu Surya harus menghadapi tantangan yang lebih berat lagi. Ia idak mendapatkan pekerjaan meskipun sudah mencoba melamar ke sana-sini. Surya sudah benar-benar merasa putus asa, tidak tahu harus mencari bantuan kemana lagi. Surya pun kembali berkumpul dengan teman-teman lamanya ke tempat prostitusi tanpa sepengetahuan Surita.
Sempat terpikir oleh Surya untuk mati. Ia berpikir mungkin dengan cara itulah semua beban hidup itu bisa lepas dari dirinya. Tapi untuk segala dosa perzinahan yang dilakukannya, Surya tetap dapat menikmatinya meskipun di tengah himpitan hidup yang dihadapinya.
Di tengah keterpurukan Surya, istrinya memberikan semangat kepada Surya dengan mengajaknya bergabung ke sebuah komunitas rohani.
“Pada waktu mereka menaikkan nyanyian, saya merasakan damai sejahtera, sukacita, dan segala beban saya diangkat. Selama ini saya merasa sedang berada di titik terendah hidup saya, bamun saat itu saya benar-benar merasa sebagai seorang yang sudah melakukan dosa perzinahan seperti ini, saya yang memperlakukan istri saya dengan buruk namun Tuhan masih mau menjamah saya. Betapa Tuhan masih mau mengasihi saya padahal sesungguhnya saya benar-benar tidak layak untuk menerima kasih Tuhan,” ujar Surya.
Surya benar-benar merasakan jamahan tangan Tuhan. Surita menyambut gembira reformasi yang dialami suaminya. Surita yang selama ini merasa segala doanya tidak dijawab Tuhan baru menyadari bahwa sebenarnya selama ini Tuhan mendengarkan segala doa yang dipanjatkannya. Hanya saja waktu yang diinginkannya berbeda dengan waktu Tuhan.
Mukjizat terjadi dalam hidup Surya. Setelah pulang dari komunitas rohani itu, ia pun lepas dari dosa perzinahannya. Surya pun akhirnya meminta maaf kepada isri dan ayahnya atas perbuatan yang selama ini ia lakukan. Sebuah kehidupan baru pun dimulai dalam keluarga Surya.
“ketika dia mengutarakan permintaan maaf kepada saya, damai sejahtera it turun bagi keluarga kami. Selama ini suami saya tidak pernah mengucapkan kata maaf. Perbedaan suami saya yang dulu dan sekarang, saat ini dia sudah bisa mengontrol emosinya,” ujar Surita.
“Kalau dulu saya menganggap seks itu sebagai suatu kebutuhan yang harus dikejar. Hal itu semata-mata hanya untuk memuaskan saya. Saya tidak dapat hidup tanpa seks. Tapi saat ini saya merasa seks itu adalah sesuatu yang indah, sesuatu yang harus dilakukan untuk mengutarakan kasih kita kepada istri,” ujar Surya.
“Keluarga yang kami miliki sekarang, Tuhan sudah pulihkan seutuhnya. Hubungan anatara suami, isri dan anak-anak sunguh-sungguh dipulihkan Tuhan. Saya sungguh sangat bersyukur kepada Tuhan. Tuhan itu begitu baik untuk keluarga kami,” ujar Surita sambil tersenyum bahagia terpancar di wajahnya.
“Kasih Yesus membuat saya yakin bahwa saya tidak akan kembali lagi kepada kehidupan masa lalu saya yang buruk. Karena saya sudah melakukan berbagai macam cara untuk keluar dari dosa-dosa itu tetapi tidak bisa. Hanya kasih Yesuslah yang mampu mengubahkan saya sedemikian rupa,” ujar Surya menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 22 Juni 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel).
Sumber Kesaksian:
Surya Atmadja (jawaban.com)





Gigolo Bertobat Karena Kematian Anak


Cinta akan uang terbukti merupakan akar segala kejahatan. Harrys Silitonga adalah buktinya, sekalipun sudah berprofesi sebagai penyanyi di kapal pesiar dia masih menjalani kehidupan sebagai seorang gigolo.
“Bule, Chinese, Korea, Jepang… Saya mencicipi semua.” Demikian tutur Harrys.
Bagi Harrys, asalkan dia sudah mencukupi kebutuhan materi anak dan istrinya hal tersebut sudah cukup. Menurutnya, dengan cara itu mereka merasakan kebahagiaan.
“Semuanya saya cukupkan. Dari anak agar sekolah, mainan untuk anak-anak saya, jadi semuanya saya cukupi supaya mereka bahagia.”
Sewaktu turun dari kapal, sikap manis Harrys yang ditunjukkannya melalui telephone menghilang. Kepada istrinya, ia bersikap sangat kasar. Bahkan dengan beraninya Harrys membawa pulang wanita selingkuhannya, hal ini tentu sangat menyakiti hati istrinya, Claudia.
“Siapa sih orang di dunia yang hatinya tidak sakit teriris melihat pasangan hidupnya bersama wanita lain? Mungkin ia sebagai wanita hanya bisa terdiam, tetapi hati nuraninya pasti menjerit,” ungkap Claudia.
Hingga suatu hari, salah satu anaknya sakit, bahkan di vonis menderita kanker ginjal getah bening. Anaknya, Anggi kian hari kondisinya kian memburuk. Bahkan kemo terapi dan operasi tidak membawa perubahan bagi Anggi.
Suatu saat seorang hamba Tuhan berbicara kepada Harrys bahwa ada dalam Firman Tuhan, ketika bapak berbuat dosa, anak bisa kena akibatnya (Bilangan 14:18).
“Minta ampunlah sama Tuhan, atas perbuatan dosa bapak itu,” nasihat hamba Tuhan itu.
Tidak hanya hamba Tuhan itu, bahkan dalam sakitnya, Anggi sempat menyampaikan dorongan untuk bertobat kepada Harrys.
“Iya, papa bertobat,” demikian Anggi mengiatkan ayahnya. “Pa, jangan bertobat bohong-bohongan. Bertobat itu harus sesungguhnya, Pa”.
Namun sayangnya sang anak kesayangan itu tidak tertolong lagi. Diusianya yang kesebelas, Anggi menghembuskan nafasnya yang terakhir. Harrys dan istrinya sangat terpukul. Bahkan Claudia sempat mengalami stres berat selama tiga bulan. Tetapi kematian Anggi tidaklah sia-sia, Harrys bertobat dengan sungguh-sungguh.
“Saya terus menyesal, saya bayangkan semua yang telah saya lakukan. Setelah saya tahu semua Firman Tuhan ini, komitmen di dalam diri saya, jika bisa… Biarlah saya terus berada di dalam jalan kebenaran,” kisah Harrys.
Pertobatan Harrys berhasil melalui ujian demi ujian, dia berhasil lepas dari minuman keras, bahkan dirinya mendedikasikan dirinya untuk menjadi penyanyi rohani.
“Yesus datang bukan untuk orang benar, Yesus datang untuk orang jahat seperti saya. Saya bersyukur sekali mempunyai Yesus, Tuhan kita. Yesus mengatakan bahwa Dialah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Tak ada seorangpun dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Yesus. Jadi saya bersyukur, oleh kematian Anggi saya bisa bertobat. Jangan seperti saya, dihajar dulu baru datang kepada Yesus,” demikian Harrys memberikan nasihat. (Kesaksian ini ditayangkan 22 September 2010 dalam acara Solusi Life di O’Channel).
Sumber kesaksian:
Harrys Silitonga (jawaban.com)






Terjebak Pergaulan Bebas Dengan PriaAsing

Berpetualang mencari cinta dengan para pria asing telah membawa Magda jatuh ke dalam dunia yang paling hina dan menjijikkan. Dengan semua orang asing yang dikenalnya, Magda pasti melakukan hubungan seks. Layaknya suami isri, hubungan itu dilakukan Magda tanpa suatu beban dan hanya dianggap sebagai bagian dari hidupnya saja, hanya untuk memuaskan keinginan biologisnya saja. Ada sekitar sepuluh pria asing yang pernah tidur dengannya.
Hal tersebut bermula dari suatu obsesi yang tak dapat dibendungnya sejak berusia 25 tahun. Magda ingin sekali memiliki suami orang asing karena secara fisik mereka menarik bagi Magda. Magda senang dengan gaya hidup modern dan Magda merasa bangga bisa memiliki pacar orang asing.
Di usia itulah untuk pertama kalinya Magda menjalin cinta dengan pria asing. Bahkan setelah tiga bulan berpacaran, Magda rela mengorbankan hal yang sangat berharga dalam dirinya. Saat itu memang Magda menangis karena merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Magda ingin menunjukkan kepada pria itu bahwa dirinya sudah berkorban banyak dan berharap agar pria asing ini tidak meninggalkan dirinya setelah pengorbanan yang dilakukannya.
Hidup serumah tanpa ikatan pernikahan dijalani oleh Magda. Di tahun keempat, ketakutan sempat mengancam kehidupannya. Magda sempat hamil. Saat itu yang terpikir olehnya hanyalah bagaimana mencari jalan selamat saja, mencari aman jangan sampai orang tuanya tahu tanpa ia sendiri berpikir untuk bertanggung jawab. Aborsi pun menjadi pilihan. Saat melakukannya pun Magda tidak merasa menyesal.
Sungguh perbuatan yang sangat biadab. Magda berharap semua pengorbanan yang dilakukannya dapat berakhir di pelaminan. Namun semuanya sia-sia. Setelah delapan tahun hidup tanpa kepastian, Magda memutuskan meninggalkan pria tersebut.
Obsesinya yang terus mendarah daging semakin membuat Magda menjalani kehidupan yang penuh dengan seks. Karena Magda hanya berpikir kesenangan yang ia dapatkan lebih banyak daripada rasa sakit yang harus ia terima. Meskipun tujuan sampai ke pelaminan tidak tercapai, Magda terus berganti-ganti pasangan di dalam pergaulan kehidupannya. Magda tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukannya itu salah di mata Tuhan.
Saat Magda berpacaran degan pria asing yang kesepuluh, sebuah konsekuensi akibat dosa seksual kembali diperhadapkan terhadap dirinya. Magda kembali hamil dan ia kembali memiliki niat untuk mengaborsi anaknya. Sedangkan pasangannya saat itu sama sekali tidak mau bertanggung jawab dan kembali ke negaranya.
Ketakutan mencengkeram kehidupan Magda. Saat Magda berniat untuk melakukan aborsi, secara tidak sengaja Magda bertemu dengan temannya dan ia menceritakan segala persoalannya. Temannya langsung menyarankan Magda agar tidak menggugurkan kandungannya karena anaknya nanti pasti cantik. Magda pun berpikir ulang untuk mengaborsi kandungannya. Karena memang setelah ia dulu melakukan aborsi untuk pertama kalinya, Magda sadar kalau hal itu tidak memecahkan masalah dan ia sempat bertekad untuk tidak melakukan aborsi lagi.
Dalam keadaan yang penuh beban, Magda hanya bisa berdoa. Sang bayi pun akhirnya lahir melalui operasi cesar. Itulah gunanya doa, sampai sekarang Magda percaya doa itu besar kuasanya. Apapun yang kita doakan, kita minta, kalau itu untuk sebuah kekuatan, Tuhan pasti kasih dan memberikan jalan keluar.
Magda akhirnya berjuang agar dapat menafkahi dirinya dan anaknya. Pengalaman masa lalu yang menyakitkan menimbulkan kebencian yang mendalam. Magda harus menyaksikan bagaimana tidak tenangnya hidup anaknya yang lahir tanpa ayah. Magda pun hidup dalam dendam, dendam yang ia pendam.
Melalui sebuah buku yang dibacanya dari seorang teman, Magda semakin mengerti apa yang telah ia lakukan selama ini salah. Buku itu membahas tentang perzinahan, dosa bila menghambakan diri terhadap uang dan Magda sadar kalau selama ini ia telah melakukan zinah. Dosa-dosa yang dulu ia lakukan selalu muncul kembali seperti film dan membuat Magda malu sampai menangis. Magda hanya berpikir bagaimana hidupnya telah menyakiti hati Tuhan.
Magda pun berdoa, meminta pengampunan atas segala dosa-dosanya dan ia menyadari apapun yang telah dilakukannya di masa lalunya, dirinya tetap berharga di mata Tuhan. Dan Magda sangat bersyukur akan hal ini karena Tuhan tetap mengasihi dirinya apa adanya.
Tidak berhenti sampai di sana, Magda akhirnya mengikuti sebuah camp atas ajakan seorang teman. Sesuatu yang sangat dahsyat akan segera terjadi di dalam hidupnya. Saat mengikuti sessi mengenai pengampunan, Magda benar-benar merasakan kebencian meluap di dalam hatinya dan ia tidak sanggup mengampuni pria yang telah menghamili dan meninggalkan dirinya. Sampai keesokan harinya Magda tetap menyimpan kebencian itu. Selama ini Magda berpikir dengan melupakan masalah dan melupakan orang yang telah menyakitinya berarti ia telah mengampuni orang tersebut. Namun ternyata Magda salah karena kebencian di hatinya masih sangat berbekas.
Magda berusaha untuk memaafkan bapak dari anaknya, tapi tidak bisa. Tetap saja Magda tidak sanggup mengampuninya. Ada satu lagu yang Magda tidak hapal benar liriknya tapi intinya berkata tentang ‘aku sayang Kristus, aku cinta Kristus’. Saat Magda menyanyikan lagu itu, ia mendengar bisikan, “Kalau kamu sayang sama Aku, maafkan dia.” Meskipun Magda benar-benar tidak tahu bagaimana ia bisa memaafkan bapak dari anaknya, namun akhirnya pengampunan itu keluar dari hati Magda. Gejolak-gejolak nafsu itu tidak lagi dirasakan Magda.
Magda telah bebas dari jeratan dosa yang telah mencengkeram hidupnya selama bertahun-tahun karena dosa tidak akan pernah membawa kedamaian. Saat ini Magda telah hidup bahagia dengan anaknya. Kepuasan pun dirasakan Magda. Saat ini Magda hanya merasakan bahwa Tuhan itu segalanya. (Kisah ini ditayangkan 3 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O’Channel).
Sumber Kesaksian :
Magda Paula Marpaung (jawaban.com)



Janda Si Lebai Malang

Amit-amit sungguh kelakuan Supar, 35 tahun, dari Palangkaraya (Kalteng) ini. Bini tetangga dikejar-kejar dan dirayu-rayu sampai bertekuk lutut dan berbuka paha. Tapi begitu Ny. Katrin, 32 tahun, hamil, ee….dia tak mau tanggungjawab. Padahal wanita tersebut sudah terlanjur diceraikan oleh suaminya. Ke mana lagi larinya si janda ini, jika tidak ke kantor polisi?
Tak ada lelaki normal yang tak tergiur oleh kecantikan wanita. Bahkan kalau mau berkata jujur, maunya dan kalau bisa, setiap wanita cantik akan digaulinya. Cuma di sini kan ada moral, etika, aturan agama dan sejuta keterbatasan manusia. Maka yang terjadi kemudian, yang mampunya hanya memiliki satu, ya itu saja yang digeber siang malam hingga termehek-mehek.
Itu pula sikap dan perilaku Supar, warga Jalan Sisingamangaraja, Palangkaraya. Matanya yang terkena penyakit mata keranjang, merasa gatel bila menyaksikan wanita cantik di sekitarnya. Tak pandang gadis, bini orang, kalau bisa semuanya ditempel. Padahal dia juga tahu bahwa yang di rumah, yang milik orang, di ujung nafsunya ternyata berasa sama saja. “Hanya beda di semangat awalnya saja,” begitu kata Supar dalam wacana selingkuhnya.
Kini titik perhatian Supar baru mengarah pada Ny. Katrin, tetangga tepat di depan rumahnya. Wanita itu demikian cantik dan sempurna. Kulitnya putih bersih, bodinya seksi, betisnya mbunting padi. Ditambah tumitnya yang jambon, sungguh membuat fantasi seksual Supar makin melambung. Di matanya, Katrin begitu sempurna. Kalau ada cacat, kenapa dia sudah jadi milik orang!
Akhlak, moral, segera dinafikan Supar. Dia mencoba mendekati bini Wawan, 40 tahun, tetangganya itu. Kebetulan suami Katrin ini sering tugas keluar kota, sehingga peluang bagi Supar demikian luas. Setiap wanita tetangga itu keluar dari rumah pagi untuk belanja ke warung misalnya, dia sudah pasang mata di teras. Lalu dipelototinya wanita itu, sampai Ny. Katrin jadi risih dibuatnya. “Lihat perempuan kayak kucing lihat dendeng aja.Dasar….,” batin wanita itu.
Hari-hari lain Supar terus mencoba mendekati bini Wawan, dengan segala rayuan dan gombalan. Lantaran Katrin sendiri sering kesepian, akhirnya dia bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Supar. Bila lelaki tetangga tersebut mengajaknya bikin “lindu setempat” dengan kekuatan 8 skala Richter, dilayani saja. Gila nggak, di saat tetangga belakang rumah ngecor bangunan, mereka siang-siang “ngecor” sendiri.
Ilmu selingkuh Supar-Katrin agaknya belum canggih. Buktinya baru sekian kali kencan sudah ketahuan warga dan kemudian dilaporkan pada Wawan. Tentu saja suaminya marah-marah. Tapi sebagai lelaki yang penyabar bagaikan wayang Puntadewa, dia tak mengirim clurit untuk Supar, tapi hanya menceraikan Katrin. Dia berharap agar bekas istrinya segera diambil istri oleh rekanan selingkuhnya.
Dasar Supar memang lelaki petualang, dia mencoba berkelit dari musibah itu. Dulu dia merengek-rengek ingin mendapatkan cinta Katrin, tapi begitu tetangga idola tersebut sudah dicampakkan suami, dia tak segera mengambil sikap. “Tunggu dulu ya, saya ceraikan dulu istriku, baru kita nanti kawin. Oke…..?” begitu Supar menghibur rekanan selingkuhnya.
Oooo, begitu ya kaum lelaki, kalau sudah dapat lalu habis manis sepah dibuang. Demikian Katrin mengeluh. Tapi karena sudah terlanjur, dia mencoba bersabar. Celakanya, sampai kandungan di perut Katrin menampak, Supar belum juga menceraikan istrinya. Benar-benar nasib bekas istri Wawan ini jadi seperti si lebai malang. Dari sana tidak dapat, dari sini juga terlupakan.
Lama-lama habis juga kesabaran Katrin. Ketika kandungan di perutnya sudah mencapai usia 7 bulan, sedang Supar tak ada tanda-tanda mau menceraikan bini pertamanya, dia nekad lapor polisi. Maka sesuai laporan polisi Supar pun lalu ditangkap. Tapi lagi-lagi dia menampakkan kelicikannya. Entah pura-pura atau serius, ketika dijemput polisi di rumahya dia tampak sakit. Tapi polisi tak kekurangan akal. Dengan infus di tangan, buronan polisi paling dicari itu digelandang ke Polresta Palangkaraya.
Ah Supar, Supar, mau niru pak Harto saja, kamu.




Maling Ayam dan Cinta

Sebagai pencuri, Kojad, 29 tahun, betul-betul paripurna. Setelah mencuri hati seorang janda, dicuri pula ayamnya sekalian. Untungnya cinta Ny. Alimah, 33 tahun, pada si maling demikian tulus. Buktinya, dia tak mau perkara itu berlanjut ke Polsek Indihiang (Tasikmalaya). Bahkan “denda” untuk pengganti hukuman Kojad, sijanda pula yang mbayari termasuk menjual ayam itu terlebih dulu.
Etos kerja Kojad sebagai maling memang sangat rapi. Di lingkungan tempat tinggalnya, sama sekali tak ada yang tahu bahwa dia sebetulnya lelaki bermental ganda. Di satu sisi tampak sebagai warga yang baik-baik, tapi di sisi lain dia adalah sesungguhnya musuh masyarakat yang sangat dibenci. “Sanajan jadi maling pantang maling dilembur sorangan (biar jadi maling pantang di kampung sendiri),” begitu prinsip Kojad yang selalu dipegang teguh.
Lemah lembut, santun antar sesama, itu yang dijalani Kojad seharian. Padahal di balik itu, matanya demikian liar mencari peluang. Di mana kira-kira rumah orang yang bisa disatroni. Malam hari boleh, siang hari juga tak masalah. Pokoknya: pagi-pagi mengantar petai, pisang ambon rasanya lezat. Siang hari mata mengintai, menjelang malam barang disikat!
Akibat kemahirannya berperan ganda, Kojad yang pekerjaannya tak jelas tersebut tak pernah kekurangan uang. Setidaknya, makan selalu terjamin, rokok tak pernah telat. Bahkan dari usaha permalingannya tersebut dia bisa menjalani kehidupannya sebagai kodrat lelaki muda, misalnya pacaran. Tapi dasar maling, maunya ya untung saja, termasuk dalam urusan cinta. “Beunang cintana kudu benang oge duitna (dapat cintanya, harus dapat pula uangnya),” begitu tekad Kojad.
Minggu-minggu belakangan ini Kojad sedang nempel seorang janda di tetangga kampung, Alimah namanya. Biar usianya terpaut 4 tahun lebih tua darinya, tak masyallah. Bagi Kojad, yang penting wanita itu selain ayu banyak pula “gizi” (baca: duit)-nya yang bisa ditambang. Dalam peta selingkuhnya, bila wanita kadung cinta, dia pasti akan rela memberikan apa saja, dari goyang sampai uang!
Agaknya Alimah memang begitu. Sebagai janda sekian tahun “doking” tak berlayar, dia memang lumayan kesepian. Maka ketika masuk di relung hatinya seorang lelaki muda bernama Kojad, dia tak mengkritisi benar perilaku dan asal usulnya. Yang nampak hanyalah, Kojad adalah pemuda tampan dan berperilaku santun. “Kunaonnya, kuring sok asa aya panyalindungan lamun aya digigirieuna (kenapa ya, aku selalu merasa terlindungi di sampingnya),” begitu kata Alimah di antara binar-binar wajahnya.
Ternyata tak hanya di situ. Setelah Kojad makin agresip, maunya jadi lebih. Bila kemarin sudah bahagia di sampingnya, kini Alimah baru merasa bahagia setelah “di bawahnya”. Oleh karenanya, mana kala situasi mantap terkendali, keduanya pun lalu berbagi cinta di rumah sijanda. Dan Alimah pun makin sayang saja. Sebab bila almarhum suaminya dulu paling 5 menit usai, Kojad bisa melayani tergantung kebutuhan!
Uniknya si Kojad. Meski sudah berhasil mencuri hati dan “aset” si janda, dia masih juga pengin menggerogoti harta milik Alimah sesuai profesinya. Suatu malam, dia nekad menyatroni rumah doi yang berada di Desa Sukarindik Kecamatan Indihiang tersebut. Ayam jago dalam kandang disikat dan dibawa lari. Namun sial kali ini, ulah Kojad kepergok warga pulang ronda. “Ampun ampun tulungan kuring ulah nepika digebugan (ampun, ampun, mohon aku jangan digebuki),” ratap Kojad menghiba-hiba.
Lelaki maling paripurna ini memang beruntung. Janda Alimah yang segera keluar dari rumah berhasil menyelamatkannya. Kojad dilepas dan tak dipolisikan dengan jaminan si janda. Artinya, meski Kojad harus membayar denda untuk kas desa, yang membayari Alimah sendiri. Bahkan ayam jago yang mestinya jadi barang bukti, dijual sekalian untuk menambah uang denda. Itulah cinta wanita, dia mau berkorban apa saja.
Tapi dasar jiwa maling ayam Kojad terlanjur mendarah daging, “sukses” di kampung janda, tak membuatnya kapok. Di kampung lain dia terus saja mencari rejeki dengan jalan haram. Lagi-lagi dia tertangkap. Kali ini tak ada lagi dewa penolongnya. Akibatnya, selain disel di Polsek Indihiang juga sempat dihajar penduduk. “Sanajan ticeurik ceurik karang dana moal kungsi bisa leupas deui (biar nangis-nangis sama jandamu, tak bakalan lepas kali ini),” maki warga serempak.
Apa yang menjadi prediksi warga memang betul. Sebab ketika diperiksa di Polsek dan kemudian Ny. Alimah dihadapkan, dia tak lagi sanggup menolong. Alimah memang mengakui bahwa Kojad pernah jadi kekasihnya. Tapi itu bagian masa lalu. Lantaran tak ada kapoknya berbuat kriminal,ya sudahlah biarkan saja kini Kojad beku sel polisi.
Hancurlah badan dan jiwa si maling janda!





Mimpi Buruk ABG

Alim benar Taslim 15 tahun, sebagai ABG. Baru mimpi berubah dengan wanita saja merasa berdosa hingga strees. Usut punya usut, penyebabnya adalah Rosella 30 tahun, bibinya senidiri. Sebab wanita yang sudah berkeluarga itu suka tampil sembarangan di depan ponakanya yang baru gede. Nah, gara-gara bermimpi menggauli bibi sendiri, Sobir pun tak bisa tidur berhari-hari.
Taslim memang masih muda. Ibarat ayam, usia kemanggang, begitu. Seperti lazimnya ayam jago muda, setiap melihat ayam betina lewat, langsung nggaya. Padahal dia punya “taji” belum tumbuh sempurna. Tapi namanya juga jago muda, ayam babon itu lalu dikejar-kejar untuk dipatuk dan kemudian dikawini di tempat sampah.
Ilmu Taslim sebagai ABG zaman sekarang memang demikian “kaya”. Bila pemuda angkatan sebelumnya puas dengan membaca stensilan, Taslim ini bisa memuaskan selera libidonya melalui jaringan internet. Melalui situs-situs porno dia bisa membuka adegan-adegan syur anak manusia dalam pakaian Adam dan Hawa. Mencari gambar cewek telanjang model apa saja, dunia maya selalu memfasilitasi, tinggal kuat-kuatan bayar pulsa.
Kelakuan pelajar SMP di Bogor ini semakin menjadi ketika dia belakangan rajin main ke rumah tantenya, Ny. Rosella, di bilangan Bekasi. Kenapa gerangan? Asal tahu saja. Di rumah itu dia bisa memperoleh dari yang di internet. Bila di dunia hanya gambar mati tak bergerak, di rumah tante Rosella, Taslim bisa mencuri-curi pandangan adegan porno yang sudah layak ditentang APP (Anti Pornoaksi dan Pornografi).
Apa sih yang dilihat Taslim di rumah tantenya itu? Ini sebetulnya bagian dari kesembronoan Rosella. Mentang-mentang di rumah sendiri, dia kalau mandi suka tidak mengunci pintunya. Atau suka duduk ngongkong sehingga “segi tiga pengaman”-nya terlihat dengan mudah oleh mata lelaki non suami. Dan yang tak kalah bikin pusing mata lelaki, malam hari Rosella suka mengenakan daster transparan.
Hil-hil yang mustahal tersebut tentu saja sering membuat si ABG Taslim jadi pusing. Dengan dada bergemuruh dia suka curi-curi, menikmati pemandangan yang jarang nemu tersebut. Dari sekelebat celdam tantenya hingga baju tidur yang transparan. Paling bikin pemuda itu tambah pusing, ketika dia memergoki tantenya di kamar mandi sedang telanjang karena mandi. “Sori, aku lupa mengunci pintunya,” kata Rosella tanpa merasa jengah.
Rosella yang ganjen dan sembrono itu tak urung membuat si ABG Taslim jadi teringat terus akan pemandangan spektakuler itu. Bahkan kemudian terbawa dalam mimpi. Yang unik, dalam mimpi itu Taslim merasa kencan dengan bibi sendiri, sampai kemudian si bibi hamil. Pemuda ABG itu pun langsung panas dingin karena merasa harus bertanggung jawab atas segala perilakunya.
Ironisnya, meski hanya sekadar mimpi, kepanikan Taslim terus terbawa sampai ke alam nyata. Begitu bangun tidur dia jadi stress, sampai lupa makan dan perangainya pun berubah drastis. Pemuda yang selama ini ceria, mendadak jadi pemurung. Biasanya tiap minggu ke Bekasi ke rumah tante, kini lebih banyak Taslim ngendon dalam kamar. “Kamu sakit ya…?” kata ibunya beberapa hari lalu.
Namun Taslim tak mau mengaku problem apa yang sesungguhnya tengah membelit dirinya. Meski didesak, dia tak mau buka kartu pada orangtuanya. Baru pada temannya bernama Galih dia mau bercerita akan kesulitan yang dialaminya. Di sana diceritakan bagaimana ulah tantenya selama ini, bagaimana dia bermimpi menggauli bibinya hingga hamil. Ujung dari curhat ini, Taslim berpesan agar kisah itu dirahasiakan.
Dasar anak ABG, pesan Taslim tak dipatuhi Galih. Dia cerita pada ibunya, dan ibunya pun segera menyampaikannya pada ibu Taslim. Malu juga wanita ini akan ulah anak lelakinya. Sementara putranya dimarahi dan kemudian dinasihati, tak urung Rosella juga diomeli ibunya Taslim, karena begitu ceroboh membawa diri. “Aduh kasihan Taslim, kok jadi begitu ya. Saya kok ya juga lupa, seperti tak pernah muda saja,” kata Rosella di ujung telepon.
Uh, dasarrrrrr!





Jinak-jinak Merpati

Meski serumah di tengah malam, lelaki perempuan bukan suami istri ini tak sampai hubungan intim. Tapi karena suami Aryani, 30 tahun, tak rela ada lelaki lain menginap di rumah tanpa seizinnya, Widodo, 35 tahun, itu pun dilaporkan Pak RT dan digerebek. Hampir saja digebuki warga, untungnya polisi Polres Banyumas segera turun tangan. Tapi dari situ Widodo jadi tahu bahwa Aryani memang wanita jinak-jinak merpati. Kelihatannya “mengundang” tapi ketika diajak “giring templek” malah terbang!
Ini kisah rumahtangga yang terlalu klasik, tentang seorang istri yang bermain api dengan pria lain karena suami jauh di kota lain. Untungnya, meski rumahtangga itu hampir terbakar, tapi sesungguhnya di sana belum ada kolor terlepas dan rok melorot. Di hati Aryani memang masih ada iman. “Cukuplah yang melorot itu genting-genting rumah penduduk yang terkena imbas gempa di daerah DIY dan Jateng,” kata batinnya seusai diinterogasi di Polsek Gumilir, Banyumas.
Mimpi buruk Aryani dimulai sejak Lasman, 34, suaminya pindah pekerjaan di Jakarta. Idealnya memang, ke lobang tikus pun istri harus ikut. Tapi karena gajinya belum cukup untuk kontrak rumah, terpaksa Lasman belum bisa memboyong keluarganya ke Ibukota. Kalaupun menyusul juga, tunggu setelah tanggal 6 Juni 2006 lah, karena konon di hari itu akan terjadi bencana alam besar-besaran di ibukota negara. Prinsip Lasman, kalau matipun biar dia sendiri, jangan sampai anak istri terbawa-bawa.
Penawar rindu dan kangen pada keluarga, terpaksa hanya bisa disalurkan Lasman sebulan sekali, dengan sistem PJKA alias: Pulang Jumat Kembali Ahad. Di situ dia bisa setor benggol (uang) dan bonggol buat istrinya. Cuma kadang kala apes juga nasib Lasman. Pas dia pulang kampung dengan mengusung sejuta rindu, eh di rumah istri pas kena “lampu merah”. “Rong dina nang ngumah, inyong ndomblong baenlah (dua hari di rumah terpaksa bengong saja),” kata Lasman sekali waktu.
Irama kehidupan seperti ini sudah dilakukan Lasman-Aryani tidak kurang dari 3 tahun lamanya. Meski tidak nyaman, tapi karena kondisinya memang harus demikian, ya bagaimana lagi. Aryani sendiri untuk membunuh sepi mencoba aktif dalam berbagai kegiatan, dari bezuk orang sakit, pengajian, PKK di kelurahan, arisan dari tingkat RT/RW sampai TK. Pokoknya dibuat selalu sibuk, agar tidak kampiran setan!
Adalah Widodo, lelaki yang kemudian jadi setan rumahtangga. Dia merupakan bekas pacar Aryani. Meski Widodo juga sudah berumahtangga, demi mendengar pola kehidupan Aryani, dia merasa dapat peluang. Dalam asumsinya, wanita jauh suami pasti selalu kesepian. Dengan demikian bolehlah “nempil”, mereguk kenikmatan syahwati yang selama ini tak terpenuhi. “Kalau yang minta mantan, masak dia menolak,” kata Widodo yang tinggal di Cilongok itu yakin benar.
Tatkala suami Aryani di Jakarta, Widodo meneleponnya dan keduanya asyik ngobrol ngalor ngidul, bersnostalgia peristiwa-peristiwa 7 tahun lalu. Aryani ketawa-ketiwi sambil tiduran, sementara anaknya main mewarnai gambar. Ujung-ujungnya, kalau Widodo tak menanyakan warna baju yang dikenakan Aryani, juga minta cium lewat udara. Tapi istri Lasman mahir berkelit. Jawaban klasik “memangnya nyampai”, sungguh penggalan kata yang membuat Widodo makin penasaran.
Itu belum cukup. Beberapa kali Widodo juga berhasil mengajak Aryani jalan-jalan meski dengan membawa anak lelakinya yang masih usia 3 tahunan. Mereka lalu makan di restoran. Tapi ketika Widodo kemudian mengajak “chek in” ke hotel, Aryani menolak dengan alasan membawa anak kecil. “Apa tega kita begituan di depan anak?”, kata Aryani yang bikin Widodo mati kutu.
Kenekadan Widodo terus berlanjut. Menghadapi Aryani yang “jinak-jinak merpati” sekitar pukul 21.00 dia sengaja bertamu ke rumahnya di Tlaga Kecamatan Gumilir. Kembali keduanya asyik ngobrol ngalor ngidul di ruang tamu. Dengan alasan tak ada angkutan umum lagi, Widodo minta izin menginap. Aryani terpaksa menyilakan, tapi demi keamanan, kamarnya langsung dikunci dari dalam, takut ada gerilyawan Tamil nggrumut ke kamarnya.
Apes bagi Widodo. Sekitar pukul 04.00 pagi Lasman pulang dari Jakarta. Dia sangat tersinggung demi melihat bekas pacar istrinya tidur di situ tanpa seizin dan setahunya. Pak RT pun lalu dilapori, dan warga ramai-ramai menggerebegnya. Kalau saja pihak Polsek Gumilir tak segera mengamankannya, niscaya Widodo babak belur. Dalam pemeriksaan mereka mengaku tak berbuat macam-macam. “Kamar saja saya kunci dari dalam, Pak..,” kata Aryani yang berhasil menyelamatkan Widodo dari sel polisi.
Hampir saja merpati jantan nan ngeyel itu masuk kurungan.






Maut Sebelum Pelaminan

Keluh kesah orang patah hati memang begitulah, sulit dilukiskan dengan kata. Namun demikian janganlah meniru kelakuan Diding, 28 tahun, dari Bogor ini. Hanya karena kekasihnya mau dikawinkan dengan lelaki, dia dendam membara pada Yuyun, 24 tahun, si calon pengantin. Dengan alasan tak rela membayangkan doinya digauli lelaki lain, sekalian dibunuh saja gadis itu sebelum tiba di pelaminan.
Etika dan moral sering dikesampingkan ketika orang hendak mencapai tujuan, termasuk dalam urusan cinta. Segala cara dilakukan, tak peduli itu haram. Ini pula yang kemudian menjadi obsesi Diding, warga Mulyabarja, Bogor Selatan. Setelah tahu kekasihnya, Yuyun, gagal total menjadi miliknya, dia malah ingin melenyapkan sekalian. “Daripada aku gagal memilikinya, mending semuanya tak berhasil mendapatkannya,” begitu dia bertekad.
Yuyun yang tinggal di kampung Cibeureum Sunting, Mulyabarja, sebetulnya sudah beberapa waktu lamanya menjalin cinta dengan Diding yang masih warga sekampung. Tapi pacaran mereka masih sebatas di bawah tanah, belum dideklarasikan di alun-alun. Maklum, si cowok masih minder pada kondisinya kini. Pekerjaan belum jelas, kok naksir anak keluarga terpandang di kampung itu. Kalau ditolak kan malu ati jadinya.
Oleh karena itu, pacaran Diding melawan Yuyun ini masih kucing-kucingan. Si cowok baru berani datang ke rumah doinya ketika ayahnya kerja di kantor dan ibunya dagang di pasar. Tapi kadang sial juga bagi Diding. Hari kerja mestinya orang pada di kantor, ayah Yuyun malah meliburkan diri. Akibatnya kacau dah jadwal acara Diding hari itu. “Kecian deh lu…..,” kata Yuyun suka meledek kekasihnya.
Gemes sebetulnya Diding melihat peruntungannya. Kenapa mau pacaran saja kok tidak berani terbuka? Tapi kenapa pula nasibnya demikian jeblok? Dalam usia menjelang kepala tiga kok belum punya pekerjaan tetap? Yang bener aja, belum kerja kok mau “ngerjain” anak orang. Calon mertua cap apapun pasti tak sudi punya menantu pengangguran. Mau cari teman hidup atau mau numpang hidup?
Yuyun sendiri sangat menyimpan rapat skandal asmaranya bersama Diding. Itu pula sebabnya enyak dan babe tak pernah tahu bahwa putrinya sudah punya kekasih. Karenanya, ketika ada cowok bonafid dan ganteng “menanyakan” Yuyun, langsung saja diterimanya. Entah kenapa, ayah ibunya jadi slonongboi seperti itu. Mestinya sebelum menerima lamaran kan klarifikasi dulu pada si anak selaku pihak terkait.
Anak harus nurut sama orangtua, mungkin begitu pendapat mereka. Walhasil ketika rencana perkawinan itu disampaikan pada Yuyun, gadis cantik kembang kampung itu tak bisa menolak. Mau menjelaskan bahwa sudah punya doi, Yuyun sendiri kurang pede mengingat status sosial Diding yang belum layak. Dia pasrah saja dan terima nasib. “Aku kan makhluk perempuan, gerak dan langkahku sangat terbatas,” kata Yuyun bagaikan gadis angkatan Siti Nurbaya saja.
Mestinya ketika perubahan politik itu telah terjadi, Yuyun segera memberi tahu Diding, meski pahit sekalipun. Tapi dia tidak, rencana orangtua itu tetap disimpannya saja. Sampai kemudian Diding tahu sendiri berdasarkan informasi dari mulut ke mulut. Dia lalu mencoba klarifikasi pada Yuyun. Ternyata gadis pujaan itu mengiyakan sambil minta maaf karena tak berani menyampaikan berita duka itu pada Diding kekasihnya.
Ancur-ancuran hati Diding jadinya. Dia marah pada nasib buruknya, dia jengkel pada Yuyun yang tidak terbuka, padahal keduanya sudah sering buka-bukaan. Diding merasa tak sanggup menyaksikan Yuyun nantinya digandeng dan digauli pihak lain. Daripada tubuh mulus kembang desa itu dinikmati orang, mendingan semuanya gagal memilikinya. “Ke Tanah Abang membeli kain, di balik kain tangan diremas. Aku berang kamu jadi pengantin, sebelum kawin nyawamu impas,” begitu ancam Diding.
Hati Diding terus membara. Beberapa hari lalu Yuyun dipancing untuk ketemu dengan alasan sebagai perpisahan. Tapi begitu sigadis datang dan diajak ke tempat sepi, langsung dicekik hingga tewas. Ironisnya, dalam kondisi Yuyun sudah jadi mayat, masih tega juga Diding “mbelah duren” alias memperkosanya. Habis itu baru mayat sang kekasih dilempar ke sawah hingga ditemukan orang. “Di dunia lain saya kelak akan ketemu,” kata Diding ketika kemudian dibekuk polisi Polresta Bogor.





Air Susu Dibalas Susu

Sungguh, hatinya hancur berkeping-keping laksana batu split. Kadarsih, 42 tahun, dari Bekasi (Jabar) ini sama sekali tak menyangka bahwa teman yang ditolong dari kesengsaraan, malah menggunting dalam sarung. Bayangkan, tega-teganya Indri, 38 tahun, main selingkuh dengan suaminya, Pardan, 50 tahun. Apa ini namanya bukan: air susu dibalas dengan susu?
Inilah aksioma dalam kehidupan. Kata orang tua, siapa menanam bakal menuai, siapa berbuat kebaikan bakal dibalas dengan kebaikan pula. Di era gombalisasi sekarang ini, belum tentuuuu! Semuanya tergantung kebutuhan. Tak ada teman abadi dalam tata pergaulan dunia ini, yang ada hanyalah kepentingan. Mau berteman karena duit, tak ada duit ya silakan njengkelit.
Tapi bagi Kadarsih yang tinggal di Permata Hijau Permai, Kaliabang Tengah, itu tak berlaku. Ketika seorang temannya asal sekampung terlunta-lunta di Ibukota, dia berusaha menolongnya. Sebelum Indri dapat pekerjaan di Jakarta, dia memberi jaminan tempat tinggal secara gratis. “Pokoknya anggap saja seperti di rumah sendiri,”, kata Kadarsih pada temannya sepermainan di masa kecil.
Indri tentu saja sangat berterima kasih pada budi baik temannya itu. Namanya juga orang numpang, sambil mencari pekerjaan dia juga berusaha bantu-bantu urusan rumah keluarga sahabatnya tersebut. Misalnya, seterika, nyapu dan mencuci piring. Ingin sebetulnya dia bantu juga ngepel dan mencuci baju, tapi Kadarsih melarang. Katanya, Indri itu seorang teman, bukan pembantu.
Antara 2-3 bulan persahabatan teman sekampung itu berlangsung aman-aman saja. Masalah muncul ketika suami Kadarsih mulai berulah. Soalnya begitu tahu Indri dalam status janda cerai, dia mulai mbagusi kata orang Jawa atau gumasep menurut orang Sunda. Dia merasa sok paling tampan, karena melihat Indri itu juga termasuk janda cakep. “Sekali-sekali boleh dong buat menu tambahan,” begitu batin Pardan.
Tak bisa dipungkiri, dalam hatinya Pardan memang tertarik pada janda Indri yang seksi menggiurkan itu. Setiap dia setrika atau nyuci piring, suami Kadarsih ini suka mencuri pandang, mencermatinya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Lalu dia mendekat ke tempat cucian dengan pura-pura tangannya kotor. Selanjutnya minta tangannya minta diberi sabun oleh Indri. Padahal dalam kesempatan itu dia ambil kesempatan meremas-remas tangan si janda. Dasar…!
Indri rupanya tak sadar bahwa sedang dikerjai suami temannya. Dia baru sadar aspirasi arus bawah Pardan, ketika tanpa diminta Pardan menawarkan diri mengantar ke tempat dia memasukkan lamaran kerja. Takut dicurigai macam-macam, kala itu Indri juga minta izin pada Kadarsih. “Oo nggak apa-apa, biar cepet daripada kamu naik angkot,” malah begitu kata Kadarsih tanpa syak whasangka.
Kelanjutannnya sungguh beda. Bila kemarin-kemarin selalu minta izin pada Kadarsih, ketika Pardan makin agresip mendekatinya, Indri jadi lupa diri. Maklum, sekian tahun tanpa lelaki di ….atasnya, dia rupanya kesepian juga. Maka sekali waktu ketika Pardan mengajak hubungan intim bak suami istri, dilayani saja. Di sinilah kemudian terjadi penjungkirbalikan peribahasa, dari air susu dibalas air tuba menjadi: air susu dibalas dengan susu!
Akan tetapi, sekali waktu Pardan kena batunya. Saat dia mengencani Indri di kamarnya, kepergok oleh anak lelakinya yang masih balita. Pardan pun mengancam agar bocah itu tidak bercerita pada ibunya. “Kamu jangan cerita ke mana-mana ya. Kalau cerita, awas kamu, bapak nggak ngasih uang jajan lagi deh,” ancam Pardan pada anaknya.
Hanya beberapa waktu lamanya saja bocah itu bisa memendam rahasia. Ketika Pardan yang pegawai Dephub itu mulai jarang pulang dan tak lagi memberi uang jajan, bocah itu bercerita pada ibunya. Ny. Kadarsih tentu saja terkaget-kaget, apa lagi kini Indri sudah mengontrak rumah sendiri dengan alasan sudah dapat pekerjaan. Ketika dicek ke rumahnya, masya Allah, Pardan sore itu ada di sana dudu mesra bersama. Yakin akan perselingkuhan suaminya, Ny. Kadarsih segera melapor ke Polres Bekasi.






Oknum Tentara

Aneh betul kelakuan oknum TNI satu ini. Baru dipacari saja tidak boleh, lha kok oleh Pratu Gombloh, 27 tahun, anak orang malah dihamili sekalian. Keruan saja ayah Yasmin, 20 tahun, jadi mencak-mencak. Lebih mencak-mencak lagi ketika tahu pacar putrinya itu sudah punya anak istri. Mak dirodok kata ortu Yasmin sambil melapor ke Polresta Bogor.
Tentara atau TNI sebetulnya profesi terhormat. Tapi karena tugasnya sangat beresiko tinggi, kadang bertaruh nyawa demi membela negara, banyak juga orangtua yang tak siap punya mantu tentara. Maklum mereka hanya membayangkan resikonya saja. Meski kematian di tangan Illahi, tapi kalau putrinya tiba-tiba jadi janda akibat mantunya gugur di medan tugas, ih ngeri juga.
Itulah pula yang menjadi alasan ayah ibu Yasmin berkeberatan anaknya pacaran dengan Pratu Sarmudi. Tapi karena cinta memang di atas segalanya, gadis dari Tanah Sereal Bogor itu nekad saja pacaran dengan prajurit saptamargais tersebut. Di benak Yasmin, biar sekarang pangkatnya baru prajurit satu, siapa tahu nanti Gombloh bisa jadi letnan, kapten, mayor, kolonel, atau malah jenderal yang menjabat di Pangdam.
Karena cintanya pada Yasmin, Pratu Gombloh terus saja memacari gadis itu meski berseberangan dengan calon mertua. Caranya, ya main di bawah tanahlah. Dia kucing-kucingan dengan Pak Sibun, 54, selaku calon mertoku. Bahkan yang membesarkan hati Pratu Gombloh, dia akan tetap menunggu sampai kapanpun, sampai orangtuanya sadar dan mau menerima kekasihnya sebagai menantu.
Akan tetapi ternyata prinsip Pak Sibun tak pernah goyah. Dia tetap tak bisa menerima Gombloh jadi menantu meski pemuda itu sudah berpangkat tinggi sekalipun. Lantaran sudah saling mencinta, dua sejoli tersebut lalu menempuh jalan pintas. Bukan kawin lari, tapi Yasmin benar-benar “dikawini” sebelum resmi menjadi istri. Alasannya, kalau putrinya kadung hamil pastilah kemudian diijinkan.
Hampir setiap ada peluang, oknum TNI itu lalu menembak Yasmin dengan “senapan” laras pendeknya. Tapi karena di dunia militer juga dikenal pasukan cadangan, maka sambil menunggu melumernya hati Pak Sibun, Pratu Gombloh ini menciptakan pacar cadangan. “Kalau aku gagal kawin dengan Yasmin, kan masih ada cewek lain yang menjadi pengobat cintaku,” begitu prinsip Gombloh.
Jahat sekali rencana tentara muda ini. Dan karena dia memang termasuk lelaki mahir pacaran, dengan waktu cepat sudah memiliki pacar cadangan. Ternyata beda sekali calon mertoku yang satu ini. Begitu tahu putrinya sudah ditempel prajurit saptamargais, langsung saja mendesak diresmikan. Tak punya alasan bagi Pratu Gombloh untuk menolak, sehingga tanpa setahu Yasmin keduanya pun menikah resmi.
Enak sekali kini kehidupan asmara Gombloh. Sudah punya istri, masih punya pacar yang mau diperlakukan seperti istri. Dengan demikian senapan laras pendeknya selalu terjamin, karena bisa nembak sana bisa nembak sini. Apa lagi dalam soal ini, setiap peluru yang dilepaskan tak perlu dipertanggungjawabkan, sehngga Pratu Gombloh bisa nembak kapan saja dan di mana saja. Dor, dor, dor, jlepppp…!
Lambat atau cepat, perselingkuhan gaya Gombloh akan menuai badai pula. Sementara dari istri resminya telah memiliki anak bayi, eh tahu-tahu Yasmi melapor bahwa dirinya telah hamil. Gadis itu bahagia sekali karena “usaha”-nya telah berhasil dan Pak Sibun ortunya pasti lalu menerima Pratu Gombloh sebagai menantu meski secara berat. “Gombloh memang selalu berhasil,” kata Yasmin seperti iklan blueband tahun 1960-an.
Ironisnya, ketika dikabari hal itu Pratu Gombloh malah sedingin salju. Dia tak merespon lagi perjuangan kekasihnya. Bahkan ada kesan, sekarang dia selalu menghindar dengan alasan yang tetek dan bengek. Dan yang membuat Yasmin shock, ternyata Gombloh kekasihnya sudah memiliki istri dan anak. Lalau bagaimana nasib diriku, begitu batin si gadis malang.
Tak peduli akan dimarahi, kini dia terpaksa mengadu pada ayahnya tentang kondisi perkembangan perut terakhir. Sebetulnya hati Pak Sibun hendak melumer dengan pernyataan putrinya itu. Tapi begitu tahu Pratu Gombloh ternyata sudah berkeluarga, dia jadi marah besar. “Apa aku bilang, oknum TNI satu ini memang tak jujur sedari awal,” kata sang ayah sambil siap-siap melapor ke Polresta Bogor.
Akan dikemanakan janin di perut Yasmin ini, nantinya Pak?






Ketika Gagal Mbelah Duren

Pengantin lelaki paling goblog se Kabupaten Tangerang (Banten) mungkin Samin, 32 tahun, seorang. Bayangkan, hanya gara-gara Tina, 20 tahun, istrinya belum mau diajak “mbelah duren” langsung saja dieksekusi di pinggir kali. Padahal kalau dia sabar sedikit, duren yang halalan tayiban wa asyikan itu musti jadi miliknya sampai ke biji-bijinya.
Eloknya wajah dan bodi yang menawan dari seorang wanita, di manapun akan selalu membuat lelaki mabok kepayang. Itu pula yang terjadi di Desa Sukadamai Kecamatan Cikupa. Kemunculan Tina yang cantik dan bodinya oke punya, selalu menjadi bahan pembicaraan lelaki muda di sana. Banyak yang bermimpi beristrikan gadis kembang kampung itu, bahkana ada yang sampai terbasah-basah.
Lelaki paling mujur kala itu adalah Samin. Meski usianya terpaut 12 tahun dengan Tina, dia mampu menundukkannya sehingga gadis itu mau bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Para kontestan lain, harus minggir ketika janur kuning benar-benar melengkung di rumah Tina. Samin kini memang telah menjadi suami definitip Tina. Maka hari itu dia merupakan lelaki paling bahagia se Kabupaten Tangerang.
Umum dan khalayak ramai melihatnya memang begitu. Tapi bila mau berkata sejujurnya, Samin berhasil mendapatkan Tina karena melalui permainan tidak sehat. Boleh percaya boleh tidak, urusan “coblos mencoblos” non pemilu ini ternyata diwarnai pula oleh money politic dari kubu Samin. Kasarnya, Perjaka tua itu bisa memperoleh cinta Tina akibat pendekatan keuangan lewat jalur orangtuanya.
Kalau itu sebetulnya Tina sudah memiliki pacar sendiri, sehingga dia menolak aspirasi arus bawah Samin. Tapi orangtuanya yang sudah dilobi dan diduit oleh Samin, terpaksa menekan putrinya untuk mau jadi bini Samin. “Kamu jadi bini dia, bakal terpenuhi segala kebutuhanmu, dan adik-adikmu bisa ikut numpang bahagia bersamamu,” begitu kata enyak dan babe.
Apapun alasan Tina, tak direken. Tahu-tahu dia duduk di pelaminan, bersanding dengan Samin. Padahal di lain tempat, dia membayangkan kekasihnya tengah patah hati sambil mendendangkan lagunya Benyamin S almarhum. “Maaf, kutak dapat memenuhi undangan, dalam malam pesta perkawinanmu. Lihat kau bersanding, tak tahan jiwaku menangis, menangis….. Doa kukirimkan dalam kerinduan, semoga kau bahagia di bawahnya…..”
Tetapi benarkah demikian perasaan kekasih Tina di seberang sana? Auah gelap. Yang jelas, Tina sangat berduka melewati detik-detik malam resepsi itu. Sebab dia yakin seyakin-yakinnya, setelah para tamu usai, pasti Samin mengajak serangan umum non satu Maret yang sudah jadi haknya. Padahal Tina sudah berprinsip, tak direlakan sesentipun suami menyentuh tubuhnya. Sebab cinta dan hatinya hanya untuk doinya seorang.
Itu pula yang terjadi saat malam pertama berlangsung. Meski tidur seranjang, dia tak mau didekati Samin. Bahkan ketika suaminya meraba kakinya, diketahui Tina mengenakan celana jins rangkap dua. Ketika Samin kemudian merayu dan mengajak hubungan intim, dia beralasan sedang lampu merah. Ketika suami ngotot mau membuktikan, dia ngomong ketus. “Memang memeram buah-buahan, ditengak-tengok melulu,” kata Tina kesal dan memunggungi suami.
Ketika bedug subuh ditabuh, Samin belum juga mendapatkan yang jadi haknya. Begitu pula malam-malam berikutnya, gawang pertahanan Tina susah sekali dibobol, sepertinya yang menjaganya si Nelson Dida dari AC Milan, gitu.. Sampai malam ke tujuh Tina terus saja mempertahankan gawangnya. Sewaktu Samin mencoba memaksa menerobos masuk, eh di sana sudah nyengenges kiper Gianluigi Buffon dari Juventus.
Akhirnya habis sudah kesabaran Samin. Kenapa istri yang halalan tayiban kok malah wa merepotkan? Uangnya mau kok goyangnya ogah. Bila lelaki lain mencoba bersabar danl konsultasi ke dokter Naek L. Tobing yang ahli naik-naikan, dia malah mau melenyapkan Tina dari muka bumi. “Masa uangku sudah kubuat cuci gudang, kok batal goyang…,” gerutu Samin.
Hari naas itu pun tiba. Pura-puranya Tina diajak ke rumah orangtuanya. Tapi di jalan sepi dan pinggir kali, tiba-tiba wanita pengantin baru itu dipukul helm hingga sempoyongan. Sudah itu disusul jab dan swing ke tubuh Tina hingga tewas. Untuk menghilangkan jejak dia mengubur mayat istrinya di tanggul. Tapi karena kurang dalam akhirnya mayatnya terbawa arus dan terbongkarlah kejahatan Samin.

Ketika Gagal Mbelah Duren
Pengantin lelaki paling goblog se Kabupaten Tangerang (Banten) mungkin Samin, 32 tahun, seorang. Bayangkan, hanya gara-gara Tina, 20 tahun, istrinya belum mau diajak “mbelah duren” langsung saja dieksekusi di pinggir kali. Padahal kalau dia sabar sedikit, duren yang halalan tayiban wa asyikan itu musti jadi miliknya sampai ke biji-bijinya.
Eloknya wajah dan bodi yang menawan dari seorang wanita, di manapun akan selalu membuat lelaki mabok kepayang. Itu pula yang terjadi di Desa Sukadamai Kecamatan Cikupa. Kemunculan Tina yang cantik dan bodinya oke punya, selalu menjadi bahan pembicaraan lelaki muda di sana. Banyak yang bermimpi beristrikan gadis kembang kampung itu, bahkana ada yang sampai terbasah-basah.
Lelaki paling mujur kala itu adalah Samin. Meski usianya terpaut 12 tahun dengan Tina, dia mampu menundukkannya sehingga gadis itu mau bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Para kontestan lain, harus minggir ketika janur kuning benar-benar melengkung di rumah Tina. Samin kini memang telah menjadi suami definitip Tina. Maka hari itu dia merupakan lelaki paling bahagia se Kabupaten Tangerang.
Umum dan khalayak ramai melihatnya memang begitu. Tapi bila mau berkata sejujurnya, Samin berhasil mendapatkan Tina karena melalui permainan tidak sehat. Boleh percaya boleh tidak, urusan “coblos mencoblos” non pemilu ini ternyata diwarnai pula oleh money politic dari kubu Samin. Kasarnya, Perjaka tua itu bisa memperoleh cinta Tina akibat pendekatan keuangan lewat jalur orangtuanya.
Kalau itu sebetulnya Tina sudah memiliki pacar sendiri, sehingga dia menolak aspirasi arus bawah Samin. Tapi orangtuanya yang sudah dilobi dan diduit oleh Samin, terpaksa menekan putrinya untuk mau jadi bini Samin. “Kamu jadi bini dia, bakal terpenuhi segala kebutuhanmu, dan adik-adikmu bisa ikut numpang bahagia bersamamu,” begitu kata enyak dan babe.
Apapun alasan Tina, tak direken. Tahu-tahu dia duduk di pelaminan, bersanding dengan Samin. Padahal di lain tempat, dia membayangkan kekasihnya tengah patah hati sambil mendendangkan lagunya Benyamin S almarhum. “Maaf, kutak dapat memenuhi undangan, dalam malam pesta perkawinanmu. Lihat kau bersanding, tak tahan jiwaku menangis, menangis….. Doa kukirimkan dalam kerinduan, semoga kau bahagia di bawahnya…..”
Tetapi benarkah demikian perasaan kekasih Tina di seberang sana? Auah gelap. Yang jelas, Tina sangat berduka melewati detik-detik malam resepsi itu. Sebab dia yakin seyakin-yakinnya, setelah para tamu usai, pasti Samin mengajak serangan umum non satu Maret yang sudah jadi haknya. Padahal Tina sudah berprinsip, tak direlakan sesentipun suami menyentuh tubuhnya. Sebab cinta dan hatinya hanya untuk doinya seorang.
Itu pula yang terjadi saat malam pertama berlangsung. Meski tidur seranjang, dia tak mau didekati Samin. Bahkan ketika suaminya meraba kakinya, diketahui Tina mengenakan celana jins rangkap dua. Ketika Samin kemudian merayu dan mengajak hubungan intim, dia beralasan sedang lampu merah. Ketika suami ngotot mau membuktikan, dia ngomong ketus. “Memang memeram buah-buahan, ditengak-tengok melulu,” kata Tina kesal dan memunggungi suami.
Ketika bedug subuh ditabuh, Samin belum juga mendapatkan yang jadi haknya. Begitu pula malam-malam berikutnya, gawang pertahanan Tina susah sekali dibobol, sepertinya yang menjaganya si Nelson Dida dari AC Milan, gitu.. Sampai malam ke tujuh Tina terus saja mempertahankan gawangnya. Sewaktu Samin mencoba memaksa menerobos masuk, eh di sana sudah nyengenges kiper Gianluigi Buffon dari Juventus.
Akhirnya habis sudah kesabaran Samin. Kenapa istri yang halalan tayiban kok malah wa merepotkan? Uangnya mau kok goyangnya ogah. Bila lelaki lain mencoba bersabar danl konsultasi ke dokter Naek L. Tobing yang ahli naik-naikan, dia malah mau melenyapkan Tina dari muka bumi. “Masa uangku sudah kubuat cuci gudang, kok batal goyang…,” gerutu Samin.
Hari naas itu pun tiba. Pura-puranya Tina diajak ke rumah orangtuanya. Tapi di jalan sepi dan pinggir kali, tiba-tiba wanita pengantin baru itu dipukul helm hingga sempoyongan. Sudah itu disusul jab dan swing ke tubuh Tina hingga tewas. Untuk menghilangkan jejak dia mengubur mayat istrinya di tanggul. Tapi karena kurang dalam akhirnya mayatnya terbawa arus dan terbongkarlah kejahatan Samin.






Suami Aji Daun Jati

Ah, suami cap apa si Boni, 56 tahun, dari Demak ini. Cuma karena digigit dan dicakar bini saja, kok lapor polisi. Padahal laporan itu justru menelanjangi dirinya sendiri. Sebab dari situ terungkap bahwa dia memang lelaki aji godong jati (masih berharga daun jati). Sudah pengangguran, masih kena penyakit DRS Med lagi. Pantesan istrinya, Wiwik, 43 tahun, minta cerai.
Tanda-tanda keretakan rumahtangga Boni-Wiwik terlihat sejak tiga tahun lalu, ketika si suami terkena PHK dari kantornya. Untungnya istri Boni ini bekerja sebagai pegawai negeri, sehingga meskipun pesangon dari perusahaan kelewat kecil, kuali di dapur tak sampai terguling. Buat sementara waktu Wiwik bisa menutupi segala kebutuhan keluarga.
Istri Boni sebetulnya sudah cukup pengertian, bisa menerima kondisi suami dan apa yang terjadi dianggapnya sebuah cobaan. Cuma, Boni menanggapinya lain lagi. Sebagai lelaki yang selama ini sangat dominan dalam keluarga, jiwanya terbanting ketika dia kini harus disuapi oleh istri. Bayangkan, istri yang mustinya hanya mamah dan mlumah kok kini terbalik jadi tulang punggung keluarga. “Suami cap apa kamu ini,” begitu hati nuraninya selalu bicara.
Ketiadaan harga diri Boni ternyata berimbas pada urusan ranjang. Biasanya selalu perkasa dan gagah bak kudanya Pangeran Diponegoro, kini dia menjadi sangat letoy. Biasanya seminggu masih bisa menjalankan sunah rosul 3 kali, kini seminggu sekali belum tentu. Yang paling payah, sudah frekuensinya menurun, Boni terkena penyakit DRS Med alias dereng rampung sampun medal (ejakulasi dini).
Akibat penyakit baru si Boni, rumahtangganya jadi tak harmonis lagi. Selain Wiwik tak memperoleh lagi kenikmatan syahwati, belakangan Boni suka ngadi-adi (manja) dalam urusan makan. Kini kalau tak ketemu ayam goreng di rumah, marah-marah. Padahal dulu, dibikinkan semur jengkol saja sudah senang sekali. “Semur jengkolmu enak sekali, Ma…,” begitu dulu sanjung Boni ketika masih suasana pengantin baru.
Hari-hari selanjutnya Boni jadi gampang marah, padahal itu sesungguhnya hanya akal untuk menutupi kekurangannya selama ini. Ya kurang dalam soal materil, ya kurang dalam soal nafkah onderdil. Bila selisih pendapat dengan istrinya, Boni kini sudah berani main pukul. Padahal dulu ketika pacaran, baru Wiwik kesandung batu, yang diomeli habis-habisan ya batunya tersebut.
Istri cap apapun pasti stress menghadapi suami macam Boni. Begitu pula Wiwik yang tinggal di Desa Pucanggading Kecamatan Sayung ini. Daripada tiap hari serasa hidup di neraka bersama Boni, dia berniat minta cerai saja. Soal anak yang akan jadi korban, tak diperhitungkan benar. “Biar saja, toh mereka sudah membawa garis rejekinya masing-masing,” kata Wiwik.
Dasar Boni. Gagasan gila istrinya itu bukan dianggap sebagai peringatan agar dia mengubah sikap. Justru dia makin rajin main tendang dan tempeleng. Katanya, sampai kapanpun dia takkan menceraikan Wiwik. Padahal sesungguhnya, bukan saja takut kehilangan cinta dari istrinya, tapi karena takut kehilangan sumber penghasilan. Soalnya, kalau Wiwik bukan lagi istrinya, siapa lagi orang yang mau ngingoni (memberi makan) dirinya.
Oleh karenanya segala proposal dan usaha Wiwik untuk menuju jalan perceraian selalu ditolak. Tapi dalam setiap omongannya, Boni selalu menandaskan bahwa kalau perceraian itu sampai terjadi, kasihan anak-anak akan jadi korban. Dia sama sekali tak mau tau perasaan istrinya, yang merasa tertekan lahir dan batin. “Ibarat kendaraan, saya ini oleh suami sekadar nggo duwe-duwe (bukti memiliki), tapi jarang dinaiki…,” kata Wiwik ketika curhat pada teman akrabnya.
Lima hari yang lalu kekesalan Wiwik mencapai puncaknya. Sudah usulan cerainya ditolak, Boni masih main tempeleng pula. Kali ini terpaksa dia unjuk kekuatan. Bila biasanya hanya mengalah, kini Wiwik balas mencakar muka suami, bahkan ditambah menggigit tangan segala. Di sinilah kelucuan itu terjadi. Wiwik yang ditempeleng tak pernah mengadu ke polisi, Boni baru dicakar dan digigit sudah lapor ke Polwiltabes Semarang. Benar-benar lelaki ayam sayur, dia.
Alatnya saja lelaki, tapi sebetulnya dia kalah berharga dengan daun jati!




Cerita-cerita diatas adalah "KISAH NYATA"
Sumber : http://beritaseru.blogspot.com/

1 komentar:

  1. untuk daerah CITRA RAYA TANGERANG dan sekitar khusus WANITA
    7EA256C6
    0822 9915 0121
    melayani pijat sensual,,pijat vagina all servis
    umr 22 tb 185cm,,bb 80kg face liat via bbm
    NO HOMO,,NO GAY

    BalasHapus